Kamis, 14 Februari 2008

Ukiran Cinta Bunda

UKIRAN CINTA AYAH-BUNDA

Sayup-sayup kudengar suara bunda mengalun indah diseberang, mengurai kata, mengukir cinta dijiwa. Bercerita apa yang beliau rasa. Memaknai hidupku dengan ukiran cinta.

" Mungkin irwan tidak tahu hal ini, karena ibu memang tidak memberi tahukannya. Ini hanya sedikit kisah, yang ibu rahasiakan, karena takut irwan akan kecewa mendengarnya. Tapi, karena sekarang semuanya telah terlewati dan berlalu, tidak ada salahnya kalau ibu bercerita, mungkin bisa sebagai kenang-kenangan ataupun sebagai bahan renungan.

Dulu, waktu irwan bertanya tentang dana pemberangkatan ke Mesir, sebenarnya dana itu belumlah ada. tidak ada sepeserpun ditangan. Ibu tidak tahu harus menjawab apa. Tapi, kemudian Makwo berkata pada ibu, 'udah ni bilang aja ada, untuk menyenangkannya. Supaya dia nanti tidak kecewa.' Ibu sebenarnya berat sekali untuk mengatakan, iya, karena memang tidak ada dana sepeserpun. Tapi, akhirnya ibu mengatakan iya, ada. Tanpa tahu harus berbuat apa, karena Makwo terus mendesak. Entah dari mana ibu akan mendapatkannya.

Sebenarnya ibu berharap agar Irwan tidak lulus dalam tes ke Mesir, karena masalah dana tadi. Tapi kenyataanya tidak sesuai dengan harapan ibu. Irwan lulus. Orang-orang bilang, ibu ini orang orang yang bodoh, karena mendo'akan anaknya gagal, 'mana ada orang tua yang mendo'akan anaknya gagal, yang ada itu mendo'akan agar anaknya sukses, gimana kamu ini sih.' Begitulah perkataan orang terhadap ibu.

Ibu sangat membenarkan apa yang mereka katakan, memang ibu akui, ibu ini adalah orang yang bodoh, mendo'akan anaknya gagal.

Waktu itu ibu tidak tahu harus berbuat apa, karena tidak ada dana, karena tidak ada sesuatu yang bisa dijual. Karena kalau irwan tidak lulus, tentu tidak jadi bahan pikiran Ayah da Ibu. Tapi, Allah bekehendak lain, Allah Maha tau apa yang terbaik buat hambanya. Dan itulah yang terbaik. Yang irwan jalani sekarang.

Akhirnya dengan membaca Basmalah Ayah-Ibu mulai segala usaha. Sebagaimana irwan lihat sendirikan sebelum berangkat dulu. Pagi-pagi nderes karet, siangnya pulang, kemudian pergi ketambang, pulang sampai tengah malam. Sekali seminggu buat makanan untuk dijual keliling desa dan PT Sawit. Dengan kerja demikian. Akhirnya, terkumpul sedikit dana. Sebagai tambahan Ayah-Ibu pinjam ke Bank dengan jaminan surat tanah rumah, juga bantuan dari sanak keluarga. Barulah terkumpul dana untuk irwan berangkat.

Ibu bercerita ini bukan bermaksud untuk menyebut-nyebut pengorbanan. Tapi, irwan tahu bagaimana proses irwan bisa sampai ke negri yang irwan impikan dan supaya bisa dijadikan cambuk bagi irwan untuk rajin belajar, 'beginilah orang tua saya mencari dana saya kuliah, akankah sya sia-siakan.' Ibu Cuma berpesan kepada irwan pandai-pandailah dalam memanfa'atkan kesempatan, jangan banyak bermain, rajin-rajinlah dalam belajar. insyaAllah Ayah dan Ibu akan selalu mendo'akan Irwan agar menjadi orang yang sukses.

Percakapan itu berakhir dengan bara yang menyala-nyala dalam dadaku. Memompa semangat yang menggebu makin menggebu. Aku takkkan sia-siakan pengorbanan ini, untuk bersantai atau bermalas-malasan.

Masih banyak misteri yang belum kuketahui.

Zagazig, 20 Oktober 2007


Udo Iwan

Tidak ada komentar: